Wednesday, June 15, 2011

Warisan Imanku

Semangat besar yang terus membara untuk tetap beriman dan beribadah kepada Tuhan ada dalam tubuh tua rentamu. Meski umumnya orang tua seusiamu duduk di kursi roda, lemah tak berdaya, pikun dan sakit-sakitan. Tapi dirimu sungguh berbeda, engkau selalu terlihat sehat dan aktif, selalu tertawa dan tersenyum penuh semangat dan memiliki ingatan yang segar.

            Namun kenangan itu jauh berbeda ketika mengingat masa 3 minggu yang lalu, ketika keluarga membawamu dari Pakkat ke Jakarta. Pemandangan dirimu begitu jauh dari ingatan itu. Tubuh tuamu tertahan tak berdaya di kursi roda, lidah-mu kelu tak mampu mengucap kata, ingatanmu kepada anak cucumu pun satu persatu memudar. Tatapanmu kosong dan kelumpuhanmu membuatmu bergantung kepada orang lain.

            Pendarahan otak kiri itulah yang melumpuhkanmu. Betapa kaget dan sedihnya kami mendengar diagnosa dokter yang menyatakan hal ini, meski dokter pun menjamin jika cairan di otak itu disedot maka kau akan pulih kembali. Namun mampukah dengan usiamua yang 87 tahun, jantungmu dapat bertahan di meja operasi? dan kesadaranmu dapat segera pulih dari bius itu??..semua pertanyaan dan kekahwatiran itu pun muncul disertai rasa takut kehilangan pun mendera kami keluarga besar.

            Lewat perjuangan yang panjang, benar adanya kini kau sembuh. Terimakasih Tuhan ini sungguh suatu keajaiban!, di tengah umur yang sudah 87 tahun kau sanggup melewati itu semua dan tidak butuh waktu terlalu lama untuk pulih kembali. Sampai dokterpun terperangah takjub melihat kondisi fisikmu yang tak muda lagi, namun kau bisa sembuh dan sehat sangat cepat di luar dugaan. Oh Ompungku kau memang pejuang!. Kau pejuang nasib anak istrimu, kau pejuang bangsa dan kau adalah pejuang iman. Sungguh kubangga akan semuanya itu.

            Ya kau memang pejuang!, selama hidupmu kau memang pejuang sejati. Kau berjuang bekerja keras untuk menghidupkan dan memberi yang terbaik bagi ketujuh anakmu dan istrimu tercinta dengan merantau pergi ke kota-kota orang. Kau pun memberi dirimu menjadi pejuang bangsa ketika penjajahan Jepang terjadi, meski berat harus meninggalkan keluarga kau rela demi membela negara memperjuangkan kemerdekaan, meski sampai kini tak ada jasa dari negara yang kau terima. Bagimu tak mengapa dan semua kesusahan dan penderitaan hidup itu tidak membuatmu lantas jauh dari Tuhan apalagi marah kepada Tuhan, malah katamu itu semua mengajarkanmu untuk selalu mengucap syukur dan setia beribadah kepada Tuhan.

            Berserah dan rajin beribadah itu terus yang kau dengungkan bagi kami. Kenangmu kepada kami cucu-cucumu ”dalam 10 tahun terakhir ini hanya 4 kali saya tidak ke gereja, itupun karena saya terbaring lemah di Rumah Sakit. Hal ini membuat saya malu kepada Tuhan karena sudah tidak setia.”... Ya Tuhan, mendengar kata-kata ini membuatku tertegun sekaligus menegur. Kala kesibukan melanda, cuaca tidak mendukung ataupun fisik melemah, mudah sekali bagiku untuk mengurungkan langkahku datang ke rumah-Mu ya Tuhan dan bersekutu dengan umat percaya lainnya.

            Lanjut nasehatmu kepada kami ”Janganlah pernah tinggalkan iman percaya-mu kepada Tuhan Yesus, karena Dialah Tuhan Allah yang sejati dan saya sudah membuktikannya dalam manis pahitnya kehidupan yang sudah saya lalui. Dia selalu setia dan memberkati. Asal kita setia dan taat!. Jangan pernah lupa berdoa dan dekat selalu dengan firman-Nya serta lakukan perintah-Nya dengan taat!. Berharaplah selalu kapada Dia, sebab Dialah Sumber Kehidupan.”

            Mendengar hal ini membuatku amat tertegun, terpesona dan terharu biru mensyukuri, mengagumi perbuatan tangan-Mu yang besar ya Tuhan. Tangan-Mu memegang garis perjalanan hidup dan imanku!. Sungguh tak ada kata-kata yang dapat menggambarkan perasaan syukur dan rasa rindu hatiku kepada-Mu ya Allah untuk selalu dekat kepada-Mu.

            Terpujilah Tuhan dalam dan melalui hidupmu Ompungku tersayang, kau telah membawa seluruh keluargamu datang beribadah, menyembah dan melayani Tuhan Allah. Dalam masa mudamu sampai masa tuamu kini kau senantiasa memegang iman percayamu kepada Yesus Tuhan kita dan itu tidak tergoyahkan!. Meski kini matamu tak mampu lagi membaca isi firman dalam alkitab, namun kegairahan untuk mendengar firman Tuhan selalu membara di hatimu dan matamu selalu berbinar tiap kali firman Tuhan disampaikan. Bagian isi firman-Nya pun terekam cukup baik dalam ingatan-mu. Apalagi hal ke gereja, dirimu pantang absen kau selalu menantikan tiap minggunya, serta tak pernah kau lupa untuk berdoa, tanganmu selalu terlipat dan kepalamu tertunduk dalam penyerahanmu kepada Tuhan setiap saatnya.

            Ya Tuhan terimakasih untuk anugerah warisan iman ini dalam hidupku. Inilah permohonanku kepada-Mu, biarlah sampai masa tuaku aku tetap memegang teguh imanku dan beribadah hanya kepada-Mu dan terus mewariskan iman ini dan menceritakan firman-Mu dari generasi ke generasi keturunanku. Doaku ya Tuhan, sama seperti iman Yosua, kiranya ”...aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"- Yosua 24:15b. Amin.


By: Ririn Sihotang
26 Feb 2011

No comments:

Post a Comment