Friday, November 12, 2010

"PANGGILAN TUHAN BAGIKU"




Aku melihat bangunan megah nan kokoh berdiri di atas tanah yang sedikit menanjak, di tenggah-tengah perkebunan salak dan sawah di belakangnya. Bertempat di suatu desa yang tak banyak orang dari suku kami pun tahu di manakah tempat itu. Bangunan yang dibangun atas doa, kerja keras, gotong royong, semangat dan kebanggaan dari para perantau. Membuat bangunan itu sangat bernilai dan wah..jika dibanding dengan rumah-rumah penduduk di sekitarnya.

Daerah itu adalah Tolping, sebuah desa di Kecamatan Pakkat, Tapanuli Utara-Sumatera Utara. Desa Itu adalah kampung halamanku, tempat orang tuaku lahir dan dibesarkan, dan leluhurku berada. Sedang bangunan itu kita kenal dengan Gereja!. Rasa-rasanya ketika aku pulang ke kampung halaman orang tuaku pada tahun 2007, sudah lama rasanya hampir 2 tahun aku tidak menginjakan kakiku di sana, sehingga aku sangat terperangah menyaksikan Gereja yang megah itu ada di kampungku yang sangat terpelosok..bahkan banyak orang dari suku kami menjuluki daerah kami sebagai daerah ”Parhuta-huta hiannn...”  karena saking jauh dan terpelosoknya.

Sungguh tak sabar menunggu hari minggu untuk beribadah terlebih lagi hari itu adalah hari natal (25 Desember 2007). Dan aku pun berkesempatan untuk masuk dan mengagumi lebih dalam lagi. Benar rasanya ketika hari minggu tiba, aku sangat bersemangat dan ingin cepat-cepat menuju dan masuk ke Gereja. Hari-hari berat selama di kampung yang sangat alami dan terpelosok terbayar sudah ketika aku masuk dalam gereja. Sungguh menakjubkan aku mengagumi rancangan gereja ini, terlebih lagi Bapakku bercerita dengan bangganya bahwa para perantau yang sudah sukses di Jakarta-lah yang membangun ini semua.. Ada terselip kebanggaan dalam dirinya yang juga ikut mengambil bagian pembangunan gereja.

Bunyi lonceng gereja menandakan ibadah akan mulai, namun aku melihat sekelilingku hanya aku sekeluarga dan sedikit penduduk yang hadir. Tanyaku kepada mama sambil berbisik” kemana  semua orang, ma? Lalu mama menjelaskan; ”ini kan musim panen padi, jadi mereka semua ke sawah untuk panen, takut juga panennya dicuri orang kalau tidak dijaga.” Belum lagi hati ini terhibur karena melihat kondisi yang terjadi, aku pun mendapati bahwa ternyata tidak ada pendeta dalam gereja ini! Ya.. hanya ada 2 orang sintua (penatua) yang sudah bertahun-tahun lamanya hanya mereka yang melayani dan tidak pernah ada yang rindu memberi diri melayani menjadi sintua (penatua). Ah..Tuhan sesak dan pilu sekali rasanya hati ini.. di tengah bangunan yang indah ini tidak ada pendeta yang mau melayani di tempat ini...Pendeta baru mau datang melayani 1 tahun sekali, itu pun di hari besar, jika bukan Paskah ya Tahun Baru.

Protesku ”Bukankah ada banyak pendeta ada di Pusat, tak habis pikirku mengapa Pusat tak mengirimkan hamba-Nya datang ke tempat seperti ini. Justru kenyataannya banyak pendeta yang berlomba-lomba melayani di kota besar? Apakah karena pendapatan hidup yang lumayan tinggi atau karena kenyamanankah?? Tidak adakah beban di hati mereka untuk menyebarkan injil kasih Tuhan sampai ke pedalaman??. Ya memang, tidak jarang aku mendengar dan menyaksikan pendeta-pendeta yang diutus Pusat ke daerah itu karena ”dibuang”, dengan dua kemungkinan alasannya:
1.   Karena mereka menyuarakan kebenaran di tempat mereka ditugaskan, atau,
2.   Karena mereka tidak disukai, sehingga penatua gereja berhak membuat surat kepada Pusat supaya dimutasi.

Sungguh miris hatiku menyaksikan ini semua, meskipun ada rasa syukur bahwa di tengah kondisi seperti ini Tuhan masih karuniakan dua orang yang tetap setia melayani sebagai sintua dan mereka jugalah yang menjadi organis gereja dan pengkhotbahnya. Namun mereka sudah cukup tua, bagaimana jika mereka sudah tidak ada kelak!!.., siapakah yang akan menggantikan mereka??.. Di tengah kesedihan itu, aku merasakan kasih Allah yang besar menarikku dan memanggilku. Inilah awal beban dan panggilan untukku dalam anugerahNya.

Selama 2 minggu aku disana, Tuhan terus menanamkan belas kasihan-Nya bagi umatNya di sana, bagaimana penduduk disana amat ketakutan jika panennya hilang atau tidak berhasil. Hidup yang disandarkan kepada kesementaraan bukan kepada kekekalan. Bermula dari pergumulan inilah serta kerinduan agar injil yang dimulai dari tanah batak tidak pudar atau hanya menjadi simbolik keagaaman. Aku mulai mendoakan dan menggumulkan dengan serius hal ini, sampai aku kembali pulang ke Bekasi tempat aku tinggal, hingga sampai memasuki tahun 2010 ini. Itu berarti sudah hampir 3 tahun lamanya beban itu terus nyata dan membara Tuhan tanamkan untuk aku pergi dan melayani disana.

Memang awalnya beban yang aku tangkap adalah di Tolping, kampung halamanku. Namun dalam dua tahun belakangan ini Tuhan membukakan lebih luas lagi kondisi Sumatera Utara dan menanamkan beban kasih-Nya. Lewat doa dan Firman Ia memantapkan beban dan langkahku. Kutahu Ia mengukir jalan hidupku, tangan Tuhan yang perkasa memimpin dan membimbing jalan hidupku. Hidupku ada dalam rencana-Nya. Jadi dimanapun Tuhan perintahkan untuk pergi, aku mau taat dan setia dalam jalan dan rencana-Nya. Asalkan injil makin mengakar kuat dan banyak orang (penduduk pelosok) dibawa kepada iman percaya kepada Kristus. Dengan terus mendoakan para hamba Tuhan (pendeta) mau menyerahkan dirinya, diutus menjadi pendeta ke daerah pelosok Sumatera Utara dengan pemikiran yang diubahkan bahwa menjadi pendeta di daerah pelosok bukanlah pendeta yang dibuang. Namun karena ketaatan akan penggilan Tuhan dan berita injil serta kasih Tuhan yang harus disebar. Amin.

Ririn Sihotang
11.11.2010

Seluruh hidupku adalah milikMU



Menjalani hidup sebagai pengikut Kristus ternyata tidaklah mudah. Dulu dengan pikiran kanak-kanakku, ikut Yesus hidup akan selalu senang, bahagia, tanpa ada penderitaan, persoalan hidup maupun tantangan iman. Namun dengan bertumbuhnya aku dewasa, juga di dalam pengenalan akan firman-Nya. Tuhan mengajarkan aku akan kebenaran dan dengan jelas dalam salah satu bagian firman-Nya menyatakan; “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Matius 16:24). Membaca bagian firman ini rasa-rasanya jika perintah mengikut Yesus berhenti sampai pada perintah ini, aku tidak sanggup!. Namun terpujilah Tuhan Allah kita. Ia bukan Allah yang sekedar memerintah, tapi juga Ia Allah yang Maha Kasih, yang terlebih dahulu memberi teladan. Lewat Anak-Nya yang tunggal Tuhan kita Yesus Kristus yang menggenapi karya keselamatan Allah. Ia menyangkal diri-Nya, memikul salib dan melakukan kehendak Bapa-Nya dengan taat sempurna. Semua itu dilakukan Pencipta kita dengan setia karena itulah kehendak Bapa-Nya. Karena itu kuasa dan janji-Nya nyata menyertai dan memampukan perjalanan iman dan hidup kita dalam mengikut Dia!.

Bagi tiap kita, salib dan penyangkalan diri yang harus kita tanggung mungkin berbeda. Sadar bahwa salib dan penderitaan yang kita tanggung tidaklah seberat dan sehebat yang Tuhan tanggung. Salib yang merupakan lambang kutuk, hina dan cela, rela dipikul-Nya. Siksa dan dera ditanggung-Nya menggantikan hukuman atas dosa-dosa yang kita manusia berdosa perbuat. Sungguh terpuji sangat Engkau ya Tuhan atas pengorbanan-Mu!.

Bagiku hal dimana aku harus terus berjuang menyangkal diriku dan memikul salibku adalah penyakitku...
Sakit yang membuatku mempertanyakan kasih setia dan keadilan Tuhan...
Sakit yang membuatku meragukan kuasa-Nya...
Sakit yang membuatku seakan-akan hidup tidak ada tujuan dan bernilai...

Aku terus memohonkan anugerah-Nya untuk kesembuhanku serta melakukan bagianku dalam pengobatan. Namun entah mengapa tak kunjung sembuh jua... Akhirnya sampailah aku pada titik dimana Roh Kudus membuatku berserah dan menerima ini semua. Ia memberiku suatu makna yang lebih dalam dari ini semua. Ya.. pergumulan hidup membuatku tak mampu melihat bahwa betapa Tuhanku sudah melakukan perbuatan yang jauh lebih besar dan berharga dalam hidupku. Ia telah memberikan tubuh dan darah-Nya bagiku. Ia telah memulihkanku dari penyakit yang jauh lebih besar dan berbahaya yaitu DOSA!!..

Ah..Tuhanku..Engkau Maha Besar. Kau menggantikan ratapanku menjadi sukacita. Engkaupun mengajarkan aku satu hal lainnya, jika sampai hari ini aku belum sembuh itu bukan karena Kau tidak berkuasa atau tidak mau menyembuhkanku!, melainkan Kau punya rencana dan mau melakukan karya-Mu yang sempurna atas kelemahanku. Sama seperti firmanMu bagi Paulus ”Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.”(II Kor 12:9.

Jadi tidak ada alasan aku bersikap seolah-olah Allah tidak adil dan tidak mengasihiku. Karena begitu besar-Nya kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal...(Yoh 3:16). Jika anugerah terbesar bagi hidupku sudah Ia berikan dengan rela, masakan Ia tidak mampu mengaruniakan kesembuhan, yang mana Ia sangat berkuasa karena Ia Allah Sang Pencipta dan Pemilik Hidup. Ia tabib sejati!.

Siapakah aku sampai berbuat yang kurang patut kepada Allah!...Bahkan Ayub yang adalah seorang yang saleh, jujur dan takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ayub 1:1), TUHAN izinkan cobaan terjadi atas hidupnya, namun ia tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut  (Ayub 1:22). Ia telah kehilangan segala-galanya dan yang sangat berharga dalam hidupnya, yakni harta kekayaannya dan anak-anak yang amat dikasihinya (Ayub 1:13-19). Namun dengan kesadaran penuh bahwa apa yang ada padanya seluruhnya milik TUHAN ia mengatakan demikian; ”Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN.!” (Ayub 1:21).

Memang terkadang manusia hanya mau menerima yang baik dari Allah dan menolak yang buruk terjadi. Mungkin sebagian kita bisa tetap setia karena kondisi kehidupan kita yang baik-baik saja. Namun bagaimanakah sikap hati dan kesetiaan iman kita, jika cobaan hidup seperti yang dialami Ayub menimpa atas kita. Tetapkah kita setia dan hidup di dalam Dia???.

Meneladani sikap hati Ayub dalam penyerahan dirinya kepada-Mu ya Tuhan, demikianlah aku menyerahkan hidupku di tanganMu. Biarlah tiap liku hidupku membuatku berserah kepadamu dan Roh-Mu bekerja dengan luas dalam tiap hal yang Kau izinkan terjadi dalam hidup. Dan jika semua diambil dari padaku ya Tuhan, biarlah hatiku berserah dan dengan iman akupun mampu mengatakan; ”Kau yang memberi Kau yang mengambil, terpujilah nama Tuhan.!”. Karena bagian terbesar dalam hidupku telah aku miliki yakni kasih-Mu yang melimpah di hidupku!.


”Seluruhnya milik Tuhan, tubuh serta jiwaku semuanya kuserahkan kepadaMu, Tuhanku.
Aku bukan milikku, Yesus, Juruselamatku, Pemilikku;
Dan selama aku hidup Yesuslah pemilikku.” (KJ HKBP 476:2)


Tuhan ambil hidupku dan kuduskan bagi-Mu. Pun waktuku pakailah memuji-Mu selamanya.. memuji-Mu selamanya!...


By Ririn
23 Okt 2010

Tuesday, November 9, 2010

Bekerja ????? Ah...Lelah menjadi bagiannya, sukacita jadi hasilnya.

Ketika memasuki bulan yang sangat sibuk dan deadline dalam bagian pekerjaanku. Kurasakan lelah yang teramat menghinggapiku.
Tak dapat kuhindari dan terelakan. Kusadari lelah membuat hilang semangat, fokus dan konsenterasi, terlebih hilangnya potensi dan kreativitas dalam diriku. Lelah ini juga membuat relasiku terganggu, menjadi egois, sensitif, cepat tersinggung dan gampang marah..ya isitilah katanya "Senggol Bacok" hehehe...

Kusadari bekerja bukan hanya memakai otak, tangan dan kaki. Tapi juga pakai hati!. Jika segala sesuatu dikerjakan dengan hati yang penuh sukacita, maka beban berat sekalipun akan terasa ringan, namun sebaliknya jika bekerja dengan hati berat maka beban ringan yang ditanggung sekalipun akan amat terasa berat...

Dalam pikiranku terbesit suatu refleksi dan pertanyaan besar.."Bagaimana jika Allah yang lelah?? Bagaimana jika Ia lelah mengatur dunia.. alam semesta ini??? lalu bagaimana jika Yesus lelah dan bersungut-sungut menanggung salib itu??..lelah menjalani jalan via dolorosa, dan hatinya tidak dipenuhi rasa belas kasihan yang besar kepada manusia berdosa??..ketika Ia rela turun ke dunia meninggalkan tahta mulia-Nya dan menjadi sama dengan manusia bahkan mati menebus dosa umat manusia dan mengalami dera, siksa dan cela.

Jawabnya: Binasalah dunia!!..

Ketaatan-Nya melakukan karya Allah yang besar bagi dunia, Ia lakukan dengan setia bahkan sampai mati!.

Ya Tuhanku ampunilah aku mengapa aku bersungut-sungut dan mengatakan "Aku lelah ya Tuhanku"..meski itu hal yang wajar dan manusiawi...

Sesungguhnya bekerja adalah panggilan Allah bagi manusia ciptaan-Nya, bekerja adalah berkat bukan kutuk!. Ingatkah bahwa Tuhan menjawab doamu dan memberikan kepercayaan ini untuk melakukan pekerjaan-Nya dalam dunia kerja!..Namun mengapa ketika sudah memperolehnya kau bersungut-sungut dan mengelak tanggung jawab yang makin besar dipercayakan padamu???.. Padahal dengan bekerja kita menggenapi rencana Allah bagi dunia dan bekerja merupakan cara Allah memelihara hidup tiap umat-Nya!.

Dalam doaku aku berkata "aku lelah ya Tuhanku" namun Kau berkata "Aku tidak pernah lelah menopangmu..datanglah kepada-Ku"
Allah tidak pernah lelah menjaga, memelihara. memberkati, mengajarkan bahkan mengampuniku..
KasihNya begitu setia dan kekal kurasakan.
Bersukacitalah bersama Allah dan bekerjalah bersama dengan Allah
Bekerjalah segiat-giatnya bagi Dia, karena Tuhan kita adalah Tuhan yang juga bekerja.!



( Meminjam ide judul dari Rigop Sitorus.)

 Salam
Ririn Sihotang
19.10.2010

Menjadi wanita single yang Tuhan inginkan

Ketika melakukan perjalanan hunting buku murah di pesta buku di Jakarta. Pada sebuah gerai penerbit buku, mataku mengarah memandang kepada satu buku yang dijejer di atas rak buku new relase (baca:buku baru) yang tersusun sangat rapih. Judul yang menarik sangat membuatku penasaran dengan isinya. Sekilas melihat judul buku tersebut membuatku tersenyum penuh makna dan terselip tanya...” seperti apa dan bagaimana cara mencapainya?...”

Ada perasaan enggan namun ingin juga untuk membacanya...Setiap kali mengambil buku itu, akan ku kembalikan lagi ke raknya, lalu ku ambil lagi dan ku kembalikan lagi..dan begitu berulang-ulang sampai akhirnya petugasnya menghampiriku..”Bukunya bagus lho mbak..!! dibaca aja juga ga apa-apa ko dari pada penasaran...diskon 30% lagi..ayo beli aja..!!”..begitu katanya dengan cara marketing yang cukup menawan bagiku....aku hanya bisa menjawabnya dengan senyuman, tapi dalam hati ini berkata;”ah..sudahlah kalau masalah seperti ini aku tau ko jawabannya ya punya hubungan pribadi yang dekat dengan Tuhan itu pasti membuat kaumku menjadi yang Tuhan inginkan..”. Lalu aku berlalu pergi seiring sahabatku memanggilku karena ia menemukan buku bagus lagi murah lainnya.

Aku pun berlalu meninggalkan gerai tersebut dan meninggalkan buku itu tetap dalam jejeran di raknya. Tapi ternyata rasa penasaran tidak berhenti mengusik dalam tanya di hati dan rasa-rasanya aku perlu memiliki dan membaca buku itu. Ya.. buku yang berjudul ”Becoming the woman God wants me to be-Donna Partow” sangat membuat aku penasaran apalagi buku itu menjadi buku best seller.

Judul buku itu membawaku dalam perenungan bahwa menjadi wanita yang Tuhan inginkan tidaklah semudah yang dibayangkan dan dijalankan, dan itu yang kuusahan saat ini. Bagaimana menjadi wanita yang dalam masa single ini terus boleh memberi arti/makna dalam hidup, mengambil bagian yang terbaik seperti Maria dengan duduk diam di bawah kaki Yesus dan tidak memusingkan banyak perkara seperti kekahwatiran hidup ataupun kebutuhan hidup yang mana juga menyangkut masa depan ataupun pasangan hidup. Serta mengisi hati dan pikiran, dan memuaskannya dengan keindahan Yesus.

Aku sadar dengan umurku saat ini menjalani menjadi wanita single cukup berat dirasa. Ada banyak yang diimpikan, diharapkan dan dirindukan bukan hanya oleh diri, namun juga oleh keluarga dan kerabat terdekat. Rasa kesepian dan kosong pun tak jarang mengusik kesendirian ini, meskipun nyatanya aku tidak pernah sendiri karena aku selalu dikelilingi dan dikasihi dengan perhatian berlimpah dari sahabat dan keluargaku. Tapi anehnya itu semua tidak cukup, ada yang kurang (baca: tidak utuh dan tidak lengkap)...ya.. ada kebutuhan yang tidak bisa digantikan oleh kehadiran mereka.. Namun apakah aku akan terus membiarkan perasaan ini?? tentunya tidak!!.

Memang ada banyak hal yang bisa dilakukan wanita untuk membunuh kesepian itu semisal jalan ke mall, shopping, nonton di bioskop, nongkrong di kafe, dan banyak hal lainnya. Namun itu semua hanya sementara dan tidak menyelesaikan yang menjadi inti masalah yang ada di hati ini. Tidak bisa menerima kenyataan diri dan ingin lepas dari kenyataan hidup, itulah yang membuat sebagian besar wanita single tidak bisa menerima diri dan berkembang menjadi wanita yang utuh dan sempurna!.

Sebagaimana bejana yang dibentuk menjadi hiasan indah dan memiliki nilai manfaat (berguna) yang tinggi. Bejana harus melewati proses yang panjang dan menyakitkan karena berkali-kali ditempa untuk mendapat bentuk yang sempurna dan melewati proses pembakaran untuk hasil yang kuat dan kokoh. Begitupula dengan kita, suka duka dalam hidup Tuhan izinkan terjadi untuk makin mendewasakan dan membuat kita bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan secara pribadi. Tuhan merenda hidup kita untuk menjadi sesuatu yang indah. Yakinlah Tuhan lebih mengetahui kebutuhan dasar dan terdalam hidup manusia, karena Ia pun memandang tidak baik jika manusia seorang diri saja. Terlebih lagi Tuhan pun memberkati dan memerintahkan kepada tiap manusia untuk beranak cucu dan bertambah banyak. Jadi mengapa takut ataupun kahwatir tidak memiliki pasangan hidup!!.. Percayalah pada hati dan janjiNya, s’bab Ia membuat indah pada waktuNya!.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan wanita single ketimbang terus mengasihi diri dan terpuruk. Menjadi berkat/bermakna bagi banyak orang dan terus berkarya sebagaimana kita terpanggil hidup untuk memuliakan Allah dan menghadirkan Kerajaan-Nya. Seperti yang dilakukan oleh Bunda Theresa yang mempersembahkan utuh hidupnya untuk dipakai Allah seluas-luasnya menjadi berkat dan melayani masyarakat yang miskin dan terbuang. Ia tidak pernah memikirkan dirinya sendiri, kebutuhannya ataupun kepentingannya. Melayani Tuhan dengan taat dan setia, berbagi kasih dengan sesama dan tak kalah penting adalah terus mengasah dan mengembangkan talenta yang Tuhan anugerahkan dalam hidup.         

Kasih Allah yang besar ”The Greatest Love” yang memenuhi keseluruhan hidup yang dinikmati secara utuh itulah yang menjadi rahasia hidup sejati. Karena tidak ada kasih yang jauh lebih besar yang mampu diberikan dan kita butuhkan selain kasih Allah sendiri. Dengan senantiasa menjaga persekutuan yang erat dengan Tuhan dalam kesehariannya serta hati yang melekat kepada Tuhan dan hidup yang senantiasa berjalan bersama dengan Allah, aku menjadi wanita single yang utuh, sempurna dan yang Tuhan inginkan!. Tidak membiarkan hidupku terus dirundung sepi dan sedih. Kiranya kesendirianku ini nyata kupersembahkan dan dipakai Allah untuk pekerjaan tanganNya yang sempurna. Amin.



Salam
Ririn Sihotang
07.11.2010

”KAMI SIAP TUHAN MENGAMBIL BAGIAN”

Allah berfirman melalui Musa kepada umat Israel untuk memberikan persembahan khusus bagi pembangunan Kemah Suci. Berkatalah Musa kepada segenap jemaah Israel: ”Inilah Firman yang diperintahkan TUHAN, bunyinya:
”Ambillah bagi TUHAN persembahan khusus dari barang kepunyaanmu; setiap orang yang tergerak hatinya harus membawanya sebagai persembahan khusus kepada TUHAN”... Rakyat membawa lebih banyak dari yang diperlukan  untuk mengerjakan pekerjaan yang diperintahkan TUHAN untuk dilakukan.” (Kel 35:5, 36: 5)

Begitu mengharukan bahwa pembangunan Kemah Suci dicukupi oleh persembahan khusus umat Israel yang tergerak hatinya. Bahkah bukan hanya cukup tapi berkelimpahan, sampai Musa meminta umat untuk berhenti memberi. Alangkah indahnya kalau bagian Firman ini menjadi bagian dari pengalaman Pelayanan Perkantas. Yaitu ada banyak alumni yang pernah menikmati indahnya pelayanan siswa atau mahasiswa boleh tergerak hatinya untuk mendukung ”pembangunan Kemah Suci” dalam aplikasi pelayanan Perkantas”.

Merenungkan Mazmur 122:9 ”Oleh karena rumah TUHAN, Allah kita, aku hendak mencari kebaikan bagimu”. Dengan penghayatan bahwa dengan membangun Pelayanan Perkantas, kita  membangun pelayanan siswa dan mahasiswa. Pelayanan yang telah membawa kita kepada pertobatan, pertumbuhan dan penyerahan diri kepada Kristus. Kiranya juga terus membawa banyak siswa, mahasiswa pada generasi ini berjumpa Kristus.

“Yesuslah Segala Yang Kubutuhkan”


Hasrat untuk mengenal Yesus lebih dalam, sudah menjadi bagian hidupku sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada usia remaja ini, saya merasakan kekosongan bathin yang menggelisahkan. Kala itu, saya meyakini betul, bahwa kekosongan itu hanya mampu diisi oleh Tuhan sendiri. Satu ayat yang berkesan dan meneguhkan ketika itu adalah II Kor 3:14-18 ”... Tetapi apabila hati seseorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu di ambil dari padanya. Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah disitu, ada kemerdekaan....”  Bagian Firman ini pulalah yang membawa saya semakin haus akan pengenalan kebenaran yang benar. Salah satu aplikasinya adalah dengan memberi diri untuk mengikuti pembinaan. Dan dari situlah saya merasakan pertumbuhan iman kepada Tuhan hingga menghantarkan langkahku mengalami hidup baru dan menyerahkan diri untuk melayani DIA di Gereja-Nya. Tidak hanya sampai disitu saja. Begitu menjejakkan kaki di dunia kampus pun saya tetap merindukan pertumbuhan iman yang lebih. Sekalipun awalnya, bagi saya berkuliah di STEI merupakan kekeliruan. Justru di kampus STEI Tuhan mengubahkan kekeliruan menjadi keberuntungan. Di STEI saya sangat menikmati persekutuan dan kelompok kecil. Melalui persekutuan dan kelompok kecil di STEI, saya digiring kepada persekutuan yang lebih besar yaitu Persekutuan Mahasiswa Kristen Jakarta (PMKJ). Sebagai kelanjutan misi Allah bagi kampus-kampus se-Jakarta. Namun, saya tak ingkar, untuk mengikut DIA dengan setia, tak jarang saya diperhadapkan pada  kelemahan diri yang menjadi ancaman dan pergumulan terberat. Selain itu, dalam kesetiaan, ada harga yang harus ku bayar.

Kini, setelah meninggalkan dunia kampus, dengan bekal ilmu dan idealisme yang tinggi saya memberanikan diri memasuki dunia profesi, selama satu tahun lebih saya bergelut di bidang Perbankan, pada masa-masa itulah Tuhan menaruhkan kegelisahan dalam hatiku, berangkat dari kegelisahan itulah saya mulai menggumulkan dan dari situlah lahir suatu kerinduan untuk bekerja dan melayani di ladang-Nya. Begitu besar sukacita yang menyelusup sanubari ketika Allah memercayakan pelayanan menjadi Staf Kantor di Perkantas Jakarta. Saya akui, gambaran perasaan kala menyambut panggilan tersebut ada sukacita bercampur dengan kegelisahan. Terkadang saya bertanya-tanya, apakah Tuhan tidak salah memercayakan pelayanan yang besar ini untuk ku kerjakan? Pertanyaan ini belum terjawab, menyusul pertanyaan lain, jika saya menerima pelayanan ini, bagaimana dengan ‘masa depan’ dan orang tuaku?. Itulah yang menyebabkan tidak serta merta pelayanan ini langsung kuterima. Jujur saja, ada begitu banyak tawaran yang menggodaku untuk lari dari panggilan ini. Kasih-Nya yang besar menarikku, di keseharian pergumulanku dan pada tiap saat teduh, DIA menghibur dan meneguhkan untuk belajar setia. Firman-Nya di II Kor 3:1-11, Mark 10;17-27, I Taw 28:9-20 dan Luk 10:38-42, membuat saya yakin dan berserah kepada janji setia-Nya yang akan memelihara dan memampukan.

” Bahwa segala yang kubutuhkan Dialah senantiasa, segala yang kubutuhkan sampai kutatap wajahNya; segala yang kubutuhkan sepanjang kekekalan , Yesuslah segala yang kubutuhkan.”

Sekarang saya memiliki kebanggaan bahwa yang memanggilku lebih tinggi dan lebih berkuasa dari pemimpin-pemimpin dunia, Ia yang memanggilku adalah Raja Segala Raja. Tidak ada alasan bagiku mengabaikan panggilan itu. Demi panggilan itu kululuhkan semua keinginanku, hanya Kristus dan Kristus saja dalam hidupku, karena Dia milikku abadi.




(Mengenang kisah pergumulan awalku menjadi staf Perkantas....ORATIO November 2007)
Editor: Endah Kristiningrum dan Ellys Z.Manalu)