Sunday, June 19, 2011

Someday

I don’t know how much longer
That I have to put up with everything
I’ve been hiding all the truth inside my heart
Everytime we meet
Everytime you turn face to me
Though I look indifferent
Do you know how much i have to force myself?
Can you hear my heart calling for you, loving you?
But I can’t open my heart for anyone to know
Can you hear it?
My heart keeps waiting there for you
Waiting for you open it
and hope you will realize..
Someday

Though I love you
Though I feel
but deep down inside, I don’t dare to tell you
Everytime we meet
Everytime you turn face to me
Though I look indifferent
Do you know how much i have to force myself?

Can you hear my heart calling for you, loving you?
But I can’t open my heart for anyone to know
Can you hear it?
My heart keeps waiting there for you
Waiting for you open it
and hope you will realize..
Someday

Can you hear my heart calling for you, loving you?
But I can’t open my heart for anyone to know
Can you hear it?
My heart keeps waiting there for you
Waiting for you open it
And I hope you will realize
That this person loves you
Please I hope you will know


 - OST.Crazy Little thing called Love-

Teruntuk Bapakku terkasih

Bapak Selamat Hari Ayah untukmu,

Meski kini kau sudah pensiun dan tak lagi menjadi tulang punggung keluarga, bagiku kau tetap pahlwan bagi keluarga.
Kau tetap kuhormati dan kuhargai sebagai kepala keluarga dalam tiap keputusanmu dan kata-katamu yang terkadang membuat kami ingin berontak. Karena caramu yang tak biasa.
Aku tahu masa-masa saat ini sulit bagimu, sehingga kau merasa tak berdaya dan tak berharga sebagai kepala keluarga sehingga ketika kau bicara yang keluar adalah kata-kata kasar dan penuh dengan amarah. Sehingga menimbulkan amarah di hati adik-adik dan mereka merasa tidak betah di rumah dan selalu berontak, sehingga itu membuatmu putus asa seperti tidak dihormati.
Aku tahu kesedihanmu dan kepedihanmu, inginku memelukmu dan mengatakan semua baik-baik saja dan kami tetap mengasihimu Pak.

Meski sedari kecil tak pernah sekalipun kami menerima uang dari tanganmu langsung atau bahkan mendapat hadiah darimu kala kami berulang tahun atau pujian di kala kami berprestasi. Bahkan ulang tahun kami pun tidak ada yang kau ingat. Berbeda dengan mama yang kasihnya terlihat sehingga kami lebih dekat dengannya.
Tapi aku tahu itu tidak mengurangi kasihmu pada kami dan kau punya cara tersendiri menunjukan kasihmu pada kami anak-anakmu. Karaktermu yang begitu keras, kaku dan cuek semua karena pengalaman hidupmu yang keras.
Aku sadar sampai aku dan abang bisa seperti ini semua berasal dari kerja keras dan keringat yang kau cucurkan serta doa-doamu.

Begitu melekat diingatanku ketika aku masih SMA dan waktu kuliah, betapa paniknya engkau ketika mendapat kabar aku sakit, dari kantor kau ngebut menyetir mobil tak peduli bahaya asal bisa sampai di rumah dan ketika sampai kau langsung menggendongku membawaku masuk ke mobil menuju rumah sakit. Dan sekarang ketika aku sudah bekerja, untuk pertama kalinya aku melihat kau meneteskan air mata yaitu ketika kau berdoa untuk kesembuhanku  dan ketika menghantarkan masuk ruang operasi.
Pemberianmu yang begitu berharga bagiku adalah didikan kerasmu yang membuatku bersyukur saat ini bahwa aku tidak menjadi gadis yang manja hanya karena aku putrimu satu-satunya.

Apapun dan bagaimanapun keadaanmu aku mengasihimu bapakku dan kau tetap akan selalu kuhormati dan  kuhargai sebagai pahlawan dalam keluarga. Selamat hari ayah..tersenyumlah bapak ^_^


By: Ririn Sihotang
19.06.2011

Wednesday, June 15, 2011

Cinta Memilihku Untuk Mencintaimu

"Jangan pernah memikirkan kenapa aku memilihmu untuk ku cintai tetapi, sadarilah bahwa cinta yang memilih aku untuk mencintaimu."..
Kalimat di atas sungguh menggelitik hatiku..ketika iseng2 lihat status salah satu teman di twitter. Ingatan akan perjumpaan denganmu kembali menghias pikiranku. Ya tak pernah terpikir olehku akan berjumpa denganmu dan tak pernah terencanakan bahwa hatiku bergetar saat pertama bertemu denganmu. Merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam senyummu, dalam tatapanmu dan dalam tiap tuturmu. Diantara mereka yang hadir...cintaku memilihmu untuk kucintai.
Dan setiap peristiwa yang kulewati bersamamu adalah yang terindah..^_^
16 Juni 2011

"Kakiku"

Kakiku tidakkah sudah cukup terlalu jauh perjalananmu?
Tidakkah kau lelah terus melangkah?
Berhentilah sejenak dan menepilah.
Hirup dan nikmati udara kebebasanmu.

Waktumu untuk mundur!..
Lihatlah rumah yang kau temukan dalam perjalananmu sudah penuh dan sesak.
Tamu-tamu sudah lama berdiri di depan pintu rumah.
Mereka menanti pintu dibukakan dan berharap dapat menjadi penghuninya.

Kakiku kau akan lelah jika terus menunggu
Tanpa kau tahu kapan kau akan masuk dan melepas lelah
Lihatlah jejakan kaki-kaki yang berbaris itu
Mungkinkah kau akan terlihat Sang Pemilik rumah?..

Bersiaplah untuk mundur!!..
Dan pabila kau tak tak tahu arah mana yang kan kau tuju
Kembalilah ke tempat awal kau lajukan langkahmu
Atau berjalanlah mengikuti cahaya yang berpijar

Mungkin saja dalam perjalanan pulangmu,akan kau temukan rumah peristirahatan
Mungkin tak seindah dan sebesar rumah yang banyak diimpikan itu
Namun rumah kecil dan hangat yang tak bertuan
Yang kan menjadikanmu penghuni tetapnya

Kakiku kuatkanlah pijakanmu, jangan goyah dan gemetar
Meski jalan yang kau tempuh panjang dan berkelok
Dan tak sedikitnya lewati jalan terjal dan berbatu
Namun kutahu pasti,kau kan sampai jua di tempat tujuanmu dan lewati semua dengan baik.



Ririn Sihotang
02.02.11

Perjalanan Rohaniku Mengalami Allah Berkarya Dalam Hidup

Menderita suatu penyakit tertentu pastilah kita semua sepakat bahwa hal itu tidaklah mengenakkan dan tidak mudah. Terlebih jika harus menanggungnya selama bertahun-tahun. Masa-masa sulit itu tidak pernah tidak kulewati dengan  terus mengkonsumsi obat-obatan yang mahal setiap harinya. Kesakitan yang sering membuat perutku keram seperti sedang diremas-remas, panas sampai nafas tercekak, kembung, mual dan muntah, bahkan terkadang kehilangan selera makan dan demam tinggi jika kelelahan. Aku pun juga harus mengalami kesedihan kehilangan orang terdekat.

Melewati masa-masa itu, begitu berat. Di pikiranku 1 tahun lamanya bersemayam penuh tanda tanya, kesedihan, amarah dan putus asa. Mengapa Tuhan?.. Kenapa harus aku?.. Apakah ini hukuman-Mu bagiku?..Dimanakah kuasa dan keadilan-Mu Tuhan?.

Namun pada satu titik kesadaran. Kasih-Nya menarikku, Ia menundukkan hati dan amarahku. Aku menerima dan terbuka terhadap sakit dan penderitaan yang Tuhan izinkan aku alami. Bukan karena Dia tidak mengasihiku. Dia sungguh mengasihiku!, kasih-Nya yang besar dilimpahkan-Nya bahkan sampai tak tersisa lewat kematian-Nya di kayu salib. Bukan pula karena Ia Allah yang tidak baik. Tidak!, Dia terlalu baik untuk melakukan yang tidak baik. Semua yang Dia perbuat dan terjadi dalam hidupku semua baik. Juga bukan karena Ia tidak lagi dapat melakukan mujizat-Nya. Tidak!, sebab Ia tetaplah Allah yang berkuasa dan berdaulat sepenuh-penuhnya. Kuasa-Nya sempurna dahulu, sekarang dan selama-lamanya!.

Dalam banyak hal kita tidak berkuasa atas keadaan kita. Kita juga tidak mempunyai pemahaman yang tepat terhadap situasi-situasi hidup kita karena kita terbatas, dan tidak mahatahu. Allah tidaklah demikian, Ia Mahatahu dan berkuasa untuk mencapai hasil akhir yang diinginkan-Nya. Ia bertindak seluruhnya dari kerelaan-Nya sendiri, tidak ada yang bisa mengatur dan memberi perintah kepada-Nya.

Terlalu mudah bagi Allah untuk mengadakan mujizat kesembuhan-Nya bagiku. Namun dalam dan melalui sakit dan penderitaan ini, Allah mau menyatakan pekerjaan-Nya maupun kemuliaan-Nya serta menjadikannya alat Allah memperlengkapiku, untuk melakukan pekerjaan-Nya yang dipercayakan-Nya kepadaku.

Hal ini menjadi bagian penting yang kusebut sebagai perjalanan rohaniku yakni ketika aku sampai kepada titik kesadaran dimana aku harus melepaskan konsep yang sangat terbatas tentang Allah, yang menghalangi diriku menikmati kehadiran dan karya-Nya. Hanya ketika aku membuang pengkotakan atau pembatasan yang selama ini aku pakai sebagai pemahamanku akan kebaikan Tuhan. Berkat Tuhan telah kudapat dan itu berarti aku juga mendapatkan diri Tuhan itu sendiri.

Ketika aku membuka diri terhadap kedaulatan-Nya, menyerahkan seluruh keadaaan, keinginan dan diri ke dalam tangan-Nya. Aku membiarkan Allah leluasa berkarya menurut jalan dan waktu-Nya, maka pada saat itulah aku mulai merasakan kehadiran-Nya dan memuji-Nya. Aku mengalami kesempatan Ia menguatkan akar-akar rohaniku untuk terus bertumbuh. Ia mengajarku memandang menurut sudut pandang Allah. Ia membentukku.

Aku sependapat dengan pemikiran Pdt.Yohan Candawasa yang menuliskan dalam bukunya Mendapatkan-Mu dalam kehilanganku, demikian; ”Janganlah [kita] sekali-kali menilai keadaan berdasarkan cara pandang kita sendiri serta apa akibat yang akan ditimbulkannya bagi kita. Kita seharusnya berpikir bagaimana Allah melihat situasi itu. Apa yang Ia akan capai melalui itu dalam hidup kita. Hanya cara Tuhan melihat situasi itulah yang sah dan benar. Maka dari pada fokus pada diri sendiri, marilah kita fokuskan pandangan kita kepada-Nya, membiarkan-Nya memimpin dan mengarahkan hidup kita.”

Hidup ini adalah cerita tentang Allah!. Perbuatan-Nya yang besar dan ajaib, kasih-Nya yang berlimpah dan kedaulatan-Nya yang sempurna. Biarlah hidup kita selamanya menceritakan perbuatan tangan Tuhan dan kemuliaan-Nya. Amin



By: Ririn Sihotang
16.05.2011

Belajar dari Si “Mbak”

Ketika harus menjalani masa-masa pemulihan di rumah. Bosan dan suntuk kadang menghampiri diri yang kesehariannya tak pernah bisa diam, tanpa aktivitas dan hanya bisa berbaring atau beraktivitas dengan gerakan yang terbatas.

Hari-hari selama rehat di rumah, banyak kuisi dengan membaca buku-buku rohani yang cukup lama mengantri dalam sesaknya jejeran buku dalam lemari. Buku-buku itu seakan-akan meronta memanggilku kapan gilirannya untuk kubaca. Memang belakangan ini sebelum akhirnya harus berbaring di “meja kesakitan” dan rehat di rumah, sulit sekali menyempatkan waktu khusus untuk membaca. Herannya aku senang sekali membeli buku-buku rohani yang bagus dan ini juga yang menyebabkan makin bertambah dan bertumpuknya jumlah buku yang belum terbaca.

Pagi ini, setelah 3hari aku rehat di rumah. Aku memperhatikan “Mbak” yang kerja di rumahku, sebenarnya sudah hampir 4bulan dia bekerja di rumah untuk mencuci, menggosok dan mengepel. Tapi baru pagi inilah aku berkesempatan memperhatikan cara kerjanya dengan seksama dan mengobrol banyak dengan si mbak, sambil ia merapihkan kamarku yang masih belum bisa kurapihkan sendiri.

Aku sungguh kagum dengan cara kerjanya yang amat bersih, ia rajin, dan inisiatif mengerjakan sesuatu tanpa harus disuruh Mama. Terlebih lagi ia mengerjakan dan merapihkan pekerjaan rumah melebihi apa yang menjadi bagian tanggung jawabnya. Ia pun disiplin dan jujur. Belum pernah ia meminta izin libur dari kerjanya, apalagi tidak melaporkan uang yang ia temukan dari kantong celana yang dicucinya. Sehingga mama percaya penuh padanya.

Mama pernah cerita bahwa si Mbak adalah mantan TKW, tapi hal itu makin jelas aku tahu dari dirinya sendiri. Tuturnya, sebelum menikah ia adalah mantan TKW yang bekerja jadi PRT di Singapura hampir 3tahun. Ia pun bercerita “sebelum saya bisa berangkat jadi TKW saya dididik dulu Rin untuk bisa terampil dan menguasai semua pekerjaan rumah tangga, disiplin dan jujur juga jadi yang utama. Jadi pas udah ga jadi TKW lagi ya semua itu menjadi bagian dalam diri saya, udah makanan sehari-hari lah.” Selama 3tahun itu cukup banyak pundi-pundi yang dia hasilkan dan tabung dari gajinya, terangnya padaku.

“Wow”..pikirku “Singapura!”, aku saja belum pernah kesana, tapi si mbak sudah. Biasanya orang-orang yang pekerjaannya seperti si mbak, akan terlihat perubahan dalam gaya hidup atau penampilan mereka ketika kembali ke Jakarta, ya.. kata orang ngikut gaya hidup orang luar. Namun tidak kudapati hal demikian tersirat dalam raut wajah, penampilan dan sikapnya. Ia tetap rendah hati.

Lalu tanyaku “Lho..kenapa setelah menikah, ga lanjut jadi TKW mbak, malah kerja jadi PRT disini yang gajinya jauh banget dari gaji PRT di luar?”, lalu dengan cepat dia menjawab ”Uang bukan segala-galanya Rin, keluarga yang utama. Saya kan istri, saya harus ngikut sama suami. Saya kerja pun cuma untuk nambah-nambah pendapatan suami, apa aja lah yang penting dapur tetep bisa ngebul tapi HALAL!.”“Wah mantap banget tuh mbak, jarang lho yang punya pikiran kayak mbak”, sambungku.

Aku pun memujinya, “pantes kerjaan mbak rajin banget, cucian bersih, gosokan juga rapih. Tapi aku juga salut lho, mbak kan ga dibayar untuk buangin sampah, isi air bak atau rapihin seprei, benerin keset, apalagi ngelap kaca dan meja. Kok mbak mau si ngerjain semua, padahal kan mbak ga dibayar untuk ngerjain itu dan cuma digaji untuk nyuci, gosok dan ngepel doang?.” Terangnya padaku “Rin, kita ga boleh kerja sekedarnya aja, meski bayarannya ga seberapa, harus ikhlas. Kita pun kerja jangan karena disuruh-suruh, rajin cuma pas diawasin majikan. Kerja tuh harus dibawa senang dan harus dari ketulusan hati bukan karena uang doang. Kalau begitu mah semua orang juga bisa, t’rus kasihan dong yang udah ngupahin kita. Kalau udah karena uang, pasti deh ga akan bener kerjaannya.”

Sambil tersenyum aku bersyukur, karena selama rehat dirumah banyak hal yang Tuhan ajarkan baik dalam waktu teduh pribadiku, pembacaan buku rohani yang memperkaya iman kerohanianku. Namun aku pun diperkaya dengan belajar dari si mbak, yang usianya lebih muda 1thn dariku. Dari dirinya aku belajar memberikan diri, pikiran dan tenaga melebihi apa yang menjadi bagianku.

Menemukan orang-orang seperti si ”mbak” dalam dunia kerja bisa terhitung dengan jari. Mungkin banyak juga diantara kita pernah menemukan orang-orang yang sering berjanji akan bekerja lebih giat dan kreatif kalau gajinya dinaikan terlebih dulu. Tapi apakah hal itu akan menjamin kinerjanya akan lebih baik atau menjadi jauh lebih baik dan berkualitas??..jawabnya tentu tidak!. Perubahan itu ditentukan dari sikap diri kita sendiri!. Bahkan tak jarang kita pun menemukan atau bahkan menjadi pelaku-pelaku yang demikian yang bekerja seadanya saja, menolak jika dipercayakan tanggung jawab lebih apalagi mengerjakan pekerjaan yang bukan bagiannya, hanya mau uangnya saja. Mental seperti inilah yang membuat masyarakat kita lambat untuk maju. Hidupnya, karyanya dan kekreatifitasnya bergantung pada penilaian dan harga yang diberikan orang lain kepadanya.



By: Ririn Sihotang
11.05.2011

Perjalanan Rohani (Pencarian Keyakinan, Peneguhan Beban Dan Pemantapan Panggilan)

MASA PERSIAPAN
            Menghitung hari itulah yang kulakukan mendekati hari-hari keberangkatanku menuju perjalanan rohaniku. Pencarian keyakinan, peneguhan beban dan pemantapan panggilan. Tidak semudah dan semulus yang kubayangkan, keraguan dan ketakutan membayangi akan jauhnya perjalanan dan yang akan terjadi sebagai perwujudan impian. Rasanya aku pun tak siap dengan jawaban doaku, jika pada akhirnya sebagai hamba Tuhan penuh waktulah cara Tuhan memanggilku. Dalam hatipun terbersit kata..”Jangan ya Tuhan, aku ga siap!.”

            Namun sebelum aku pergi Tuhan memercayakan beberapa pelayanan kampus. Menariknya tema-tema yang dipercayakan adalah sama dengan pergumulan yang sudah dan sedang aku alami. Tema-tema itu adalah “Mengetahui Kehendak Allah”, “Allah beserta kita” dan “Aku berserah”. Aku percaya tidak ada yang kebetulan dalam rencana Tuhan. Mengetahui hal ini aku tersenyum karena seakan-akan Tuhan sedang menguatkan dan menghiburku lewat tema-tema itu, sehingga ketika mempersiapkan diri, firman-Nya meneguhkanku dan pengalaman rohani yang aku alami dapat menjadi berkat bagi jemaat. Sungguh aku berbahagia karena menjadi pribadi yang pertama-tama menikmati dan menghidupi firman-Nya ini.

            Firman dari Matius 1:38 yang menunjukan iman dan penyerahan diri Maria, menegur dan membawaku dalam tingkatan iman akan penyerahan diri utuh sepenuhnya kepada Allah Sang Pemilik hidup dan pelayananku, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu...”. Ya hidupku ini adalah menceritakan tentang Allah, tentang kehendakNya dan kemuliaanNya, bukan tentang diriku, kemauanku atau kesukaanku!.” Akupun belajar ketika kita berdoa kita pun harus siap menerima dan menjadi jawaban doa.

                Makin mantaplah aku bersiap diri melangkah pergi dengan penyerahan diri bulat kepada Allah. Diiringi dengan dukungan dan doa dari para sahabat makin menguatkan pijakan kakiku tuk melangkah. Terlebih lagi lewat dukungan mereka aku boleh mengalami Filipi 4:18 "Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu, malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu.., suatu persembahan yg harum, suatu korban yg disukai dan yang berkenan kepad Allah.". Dimuliakanlah Allah dan Bapa kita selama-lamanya!.


PERMULAAN PERJALANAN
            Perjalanan kumulai dari Jakarta menuju kota Bandung. Bermula dari kota ini aku melihat dan merasakan demonstrasi kasih Allah lewat kebaikan dan kemurahan hati seorang kakak yang menyambutku di istananya. Kemudian dari Bandung aku terbang dan lepas landas di Kota Medan.

            Hari yang sudah lama kuimpikan kini jadi kenyataan. Ah..betapa hati ini meluap dengan rasa syukur dan sukacita yang sangat besar kepada Tuhan. Aku berdoa dan bersyukur “akhirnya aku tiba ya Tuhan, di ibu kota dari propinsi dimana Engkau memberiku beban selama 3 tahun lebih ini.” dan nyanyian pujian B’rikanku Hati pun terlantunkan dari mulutku sekaligus menjadi doa permohonanku, kiranya Tuhan menerangi mata hati dan pikiranku sehingga apa yang menjadi isi hati Allah dapat aku tangkap dan kulakukan selama perjalanan rohaniku ini “ B’rikanku hati seperti hati-Mu yang penuh dengan belas kasihan. B’rikanku mata seperti mata-Mu, memandang tuaian di sekelilingku. B’rikanku hati-Mu tuk melakukan tugas-Mu, B’rikanku kaki-Mu melangkan dalam rencana-Mu...B’rikanku..B’rikanku..B’rikanku hati-Mu!”


BALIGE
            Setelah menikmati jamuan singkat dan keramahan dari teman-teman staf Perkantas Medan, bersegeralah diriku menuju ke Kota Balige. Meski lelah yang teramat sangat aku rasakan, karena harus menempuh perjalanan selama 8 ½ jam dari waktu yang seharusnya hanya 6 jam. Namun semua rasa lelah itu sekejap berganti dengan rasa sukacita, ketika akhirnya aku berjumpa dengan dia, sahabat doaku. Dengan senyuman khasnya dia menyambut dan menyapaku.

            Inilah pertemuan kami yang pertama. Sungguh indah persekutuan yang terjalin diantara kami. Beberapa hari di sana aku sungguh menyaksikan nyata hatinya yang melekat pada Tuhan, ketangguhan dan kekuatan ada pada dirinya. Terlebih hati yang setia mengasihi jiwa-jiwa yang Tuhan percayakan untuk dilayani dan digembalakannya. Sehingga keramahan, kasih dan perhatian yang diberikannya selalu dikenang oleh tiap pribadi yang dilayani baik siswa, mahasiswa dan alumni atas dirinya. Meski mereka jauh tapi jalinan kasih mereka selalu terjaga.

            Di kota ini aku menikmati sukacita yang berlimpah, karena akhirnya aku melihat secara langsung kota yang selama ini aku doakan. Melihat dari dekat kota Balige, kota ini bukanlah kota kecil seperti yang ada dalam pikiranku. Balige bisa dikatakan kota yang cukup besar, maju dan berkembang luar biasa. Bukan hanya kotanya saja yang maju namun kulihat pemikiran masyarakatnya pun sudah maju. Kota ini memiliki sekolah dan kampus yang secara intelektual sangat unggul. Mata pencaharian penduduk kota ini juga berwarna, ada yang sebagai PNS, guru, pedagang maupun petani. Kerohanian masyarakatnya pun selintas cukup baik dan sebagian besar masyarakatnya beragama Kristen. Meskipun di kota terdekat dengan Balige yakni daerah Laguboti masyarakatnya masih memegang kepercayaan Parmalim.

            Ketika berkesempatan beribadah dan merayakan Jumat Agung di kota ini, kusaksikan banyaknya jemaat yang memenuhi bangku-bangku gereja HKBP Balige sampai penuh sesak. Kesempatan berharga lainnya aku alami ketika mengunjungi museum batak di TB Silalahi Center, museum yang berkisah tentang masyarakat batak dan kepercayaan yang dianut pada zaman dahulu sebelum kekristenan hadir membawa perubahan.

            Menyaksikan dan berinteraksi dengan masyarakat serta adik-adik siswa, mahasiswa dan alumni di kota ini diam-diam semua itu telah membuat hatiku bergetar. Sungguh, aku jatuh cinta dengan kota ini ^_^.


SIANTAR
            Meskipun singgah di kota ini sebenarnya dalam rangka melanjutkan perjalananku ke Rantauprapat, namun tak kusia-siakan kesempatan 2 jam untuk menyaksikan dengan dekat keadaan kota ini, dengan seorang adik yang menemaniku. Aku melihat kota ini sangat maju dengan perdagangannya. Di kota ini kita dapat melihat hal yang sangat kontras terjadi antara satu toko yang menjual produk yang sama. Satu toko penuh sesak dengan pengunjung, sedang toko lainnya sangat sepi, para pelayannya hanya bisa melamun dan memandangi kapan toko mereka seperti toko yang ramai dan laris itu.

            Kota ini pun penuh dengan keberagaman etnis dan agama. Sungguh menarik dan dalam hati aku berdoa kiranya injil terus menyentuh kehidupan masyarakat di kota ini dan Tuhan terus menjaga pertumbuhan iman dan kerohanian kekristenan di kota ini.


RANTAUPRAPAT
            Waktu 5½ jam yang kutempuh dalam perjalananku, adalah saat-saat yang menyenangkan namun berat. Menyenangkan karena selama perjalanan aku bisa berinteraksi serta berbagi kasih dan nilai dengan seorang penumpang dan bapak supir. Berat karena ada perasaan yang bercampur aduk di dalam hati. Namun akhirnya perjalanan panjang yang menggelisahkan perasaan ini sirna karena senyum, sapa dan tawa sahabatku dalam menyambutku. Rasa kuatir, takut dan canggung itu lenyap seketika.

            Aku begitu menikmati banyak kebaikan Tuhan di tempat ini lewat keramahan dan kasih yang diberikan sahabat, abang, kakak dan adik-adik serta interaksi yang terjadi diantara kami. Keramahan yang melebihi harapanku, keramahan yang melebihi apa yang sanggup aku pikirkan..

            Memasuki kota ini kita akan disambut dengan hamparan luas perkebunan sawit. Sepintas memang indah mata kita disajikan dengan pemandangan hijau yang menghampar. Namun keindahan ini jugalah yang membuat tanah-tanah kota ini dan kota terdekatnya menjadi kering dan suhu kota menjadi sangat panas. Sehingga wisata air terjun dan sungai sangat digemari disini.

            Kota Rantau tidak begitu luas, kemanapun kita pergi pasti tempat yang sama akan kita lalui berkali-kali. Namun kota ini cukup maju dan berkembang dengan perdagangannya dan usaha finance menjamur di kota ini. Meskipun amat disayangkan kemajuan kota ini tidak diiringi dengan kemajuan pola pikir penduduk asli setempat yang pemalas dan sombong. Pendidikan yang tinggi bagi mereka itu nomor dua. Universitas yang ada pun tidak mengkondisikan mahasiswanya untuk maju, berkompetensi dan berprestasi. Realita kehidupan kota besar yang konsumtif, pergaulan bebas dan narkoba pun nyata terjadi di kota ini. Agamapun beragam ada Kristen, Islam dan Budha. Bahkan bisa dikatakan sedikit sekali presentasi masyarakat yang beragama Kristen di kota ini.

            Ditengah kondisi demikian, Tuhan tetap memberikan penghiburan-Nya. Aku melihat Tuhan bekerja dengan luar biasa, Ia menghadirkan hamba-hambaNya dan anak-anakNya yang setia untuk hidup, bekerja dan melayani dengan penuh kasih, pengabdian dan kesungguhan bagi Tuhan di kota ini serta bagi jiwa-jiwa yang Tuhan percayakan. Pelayanan yang berkembang, buah yang manis dari pelayanan siswa, mahasiswa dan alumni. Semua Tuhan anugerahkan dan kerjakan dalam dan melalui kegigihan, kesetiaan serta ketaatan dari sebuah hati yang sungguh-sungguh memberi diri melayani dan memuliakan Dia, kulihat itu pada hati sahabatku!.

”Kuatkan dan teguhkanlah hatimu sahabatku. Teruslah berjuang dan tetaplah setia memberi hidup bagi Dia yang hidup!. Sungguh kepunyaan Dia-lah pelayanan ini, Ia akan menunjukan cara dan kehendak-Nya atas rencana mulia-Nya bagimu.”


MEDAN
            Kota Medan menjadi kota pertama dan kota terakhirku singgah, sebelum aku harus kembali ke Jakarta melalui kota Bandung. Meski hanya 1 hari ada di tempat ini, namun aku bersyukur bisa menjalani beberapa tempat di kota yang besar, luas dan maju ini. Istana Maimun, Mesjid Raya dan tak ketinggalan kampus USU aku jajaki bersama sahabat-sahabatku.

            Kota Besar ini memiliki beberapa kampus besar yang kuat yaitu USU, UNIMED, Univ.Methodist Indonesia dan Univ.Darma Agung. Dalam hal pendidikan mereka unggul, apalagi kerohanian (pembinaan iman) juga sangat baik. Akupun menyaksikan dan berjumpa langsung dengan beberapa alumni yang sangat berkualitas dari kampus-kampus besar ini, mereka adalah anak Tuhan yang sungguh-sungguh. Kubayangkan jika beberapa alumni/a dari kampus-kampus ini benar-benar menjalankan fungsinya sebagai garam dan terang, membangun daerah dan senantiasa memajukan injil. Sungguh tak terbayangkan, kota yang maju pesat ini dibawa kepada Kristus, percaya dan hidup memuliakan Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat.


AKHIR YANG AKAN MENJADI PERMULAAN
            Seminggu aku melakukan perjalanan rohani ke beberapa kota di Sumatera Utara, aku sungguh mengalami Allah mendemonstrasikan kuasa dan kasihNya yang melimpah-limpah. Ia memberikan kekuatan, Ia menolong dan menjagaku. Ia Allah Tuhan penyelamat dan penghiburku. Ia juga yang memimpinku dan menjaga hatiku sedimikian rupa. Ia mengajarku untuk tidak berharap kepada manusia tapi hanya kepada Dia. Ia pengawalku dan penjagaku tak akan pernah terlelap. Ia setia, besar dan berkuasa!.

            Aku bersyukur, Sumatera Utara tetap menjadi beban panggilanku selanjutnya untuk bermisi dan berkarya bagi Dia. Meskipun ketika diperhadapkan oleh keadaan dan realita yang ada, justru makin membuatku bingung strategi apa yang tepat sebagai profesiku nanti. Tetaplah dukung aku di dalam doa sahabat-sahabatku.

            Kesan yang ditorehkan / ditinggalkan begitu dalam dan menjadi kenangan indah bagiku. Namun aku sadar bahwa pekerjaan dan pelayananku di Jakarta telah menanti dan harus diselesaikan. Aku harus pulang dahulu sambil mempersiapkan diri dan menanti waktunya kembali ke sana.. ke Sumatera Utara untuk selama-lamanya. Karena perjalanan rohani ini bukanlah akhirnya tapi akan menjadi permulaan yang baik bagiku. Amin ^_^



Ririn Sihotang
01 Mei 2011

Warisan Imanku

Semangat besar yang terus membara untuk tetap beriman dan beribadah kepada Tuhan ada dalam tubuh tua rentamu. Meski umumnya orang tua seusiamu duduk di kursi roda, lemah tak berdaya, pikun dan sakit-sakitan. Tapi dirimu sungguh berbeda, engkau selalu terlihat sehat dan aktif, selalu tertawa dan tersenyum penuh semangat dan memiliki ingatan yang segar.

            Namun kenangan itu jauh berbeda ketika mengingat masa 3 minggu yang lalu, ketika keluarga membawamu dari Pakkat ke Jakarta. Pemandangan dirimu begitu jauh dari ingatan itu. Tubuh tuamu tertahan tak berdaya di kursi roda, lidah-mu kelu tak mampu mengucap kata, ingatanmu kepada anak cucumu pun satu persatu memudar. Tatapanmu kosong dan kelumpuhanmu membuatmu bergantung kepada orang lain.

            Pendarahan otak kiri itulah yang melumpuhkanmu. Betapa kaget dan sedihnya kami mendengar diagnosa dokter yang menyatakan hal ini, meski dokter pun menjamin jika cairan di otak itu disedot maka kau akan pulih kembali. Namun mampukah dengan usiamua yang 87 tahun, jantungmu dapat bertahan di meja operasi? dan kesadaranmu dapat segera pulih dari bius itu??..semua pertanyaan dan kekahwatiran itu pun muncul disertai rasa takut kehilangan pun mendera kami keluarga besar.

            Lewat perjuangan yang panjang, benar adanya kini kau sembuh. Terimakasih Tuhan ini sungguh suatu keajaiban!, di tengah umur yang sudah 87 tahun kau sanggup melewati itu semua dan tidak butuh waktu terlalu lama untuk pulih kembali. Sampai dokterpun terperangah takjub melihat kondisi fisikmu yang tak muda lagi, namun kau bisa sembuh dan sehat sangat cepat di luar dugaan. Oh Ompungku kau memang pejuang!. Kau pejuang nasib anak istrimu, kau pejuang bangsa dan kau adalah pejuang iman. Sungguh kubangga akan semuanya itu.

            Ya kau memang pejuang!, selama hidupmu kau memang pejuang sejati. Kau berjuang bekerja keras untuk menghidupkan dan memberi yang terbaik bagi ketujuh anakmu dan istrimu tercinta dengan merantau pergi ke kota-kota orang. Kau pun memberi dirimu menjadi pejuang bangsa ketika penjajahan Jepang terjadi, meski berat harus meninggalkan keluarga kau rela demi membela negara memperjuangkan kemerdekaan, meski sampai kini tak ada jasa dari negara yang kau terima. Bagimu tak mengapa dan semua kesusahan dan penderitaan hidup itu tidak membuatmu lantas jauh dari Tuhan apalagi marah kepada Tuhan, malah katamu itu semua mengajarkanmu untuk selalu mengucap syukur dan setia beribadah kepada Tuhan.

            Berserah dan rajin beribadah itu terus yang kau dengungkan bagi kami. Kenangmu kepada kami cucu-cucumu ”dalam 10 tahun terakhir ini hanya 4 kali saya tidak ke gereja, itupun karena saya terbaring lemah di Rumah Sakit. Hal ini membuat saya malu kepada Tuhan karena sudah tidak setia.”... Ya Tuhan, mendengar kata-kata ini membuatku tertegun sekaligus menegur. Kala kesibukan melanda, cuaca tidak mendukung ataupun fisik melemah, mudah sekali bagiku untuk mengurungkan langkahku datang ke rumah-Mu ya Tuhan dan bersekutu dengan umat percaya lainnya.

            Lanjut nasehatmu kepada kami ”Janganlah pernah tinggalkan iman percaya-mu kepada Tuhan Yesus, karena Dialah Tuhan Allah yang sejati dan saya sudah membuktikannya dalam manis pahitnya kehidupan yang sudah saya lalui. Dia selalu setia dan memberkati. Asal kita setia dan taat!. Jangan pernah lupa berdoa dan dekat selalu dengan firman-Nya serta lakukan perintah-Nya dengan taat!. Berharaplah selalu kapada Dia, sebab Dialah Sumber Kehidupan.”

            Mendengar hal ini membuatku amat tertegun, terpesona dan terharu biru mensyukuri, mengagumi perbuatan tangan-Mu yang besar ya Tuhan. Tangan-Mu memegang garis perjalanan hidup dan imanku!. Sungguh tak ada kata-kata yang dapat menggambarkan perasaan syukur dan rasa rindu hatiku kepada-Mu ya Allah untuk selalu dekat kepada-Mu.

            Terpujilah Tuhan dalam dan melalui hidupmu Ompungku tersayang, kau telah membawa seluruh keluargamu datang beribadah, menyembah dan melayani Tuhan Allah. Dalam masa mudamu sampai masa tuamu kini kau senantiasa memegang iman percayamu kepada Yesus Tuhan kita dan itu tidak tergoyahkan!. Meski kini matamu tak mampu lagi membaca isi firman dalam alkitab, namun kegairahan untuk mendengar firman Tuhan selalu membara di hatimu dan matamu selalu berbinar tiap kali firman Tuhan disampaikan. Bagian isi firman-Nya pun terekam cukup baik dalam ingatan-mu. Apalagi hal ke gereja, dirimu pantang absen kau selalu menantikan tiap minggunya, serta tak pernah kau lupa untuk berdoa, tanganmu selalu terlipat dan kepalamu tertunduk dalam penyerahanmu kepada Tuhan setiap saatnya.

            Ya Tuhan terimakasih untuk anugerah warisan iman ini dalam hidupku. Inilah permohonanku kepada-Mu, biarlah sampai masa tuaku aku tetap memegang teguh imanku dan beribadah hanya kepada-Mu dan terus mewariskan iman ini dan menceritakan firman-Mu dari generasi ke generasi keturunanku. Doaku ya Tuhan, sama seperti iman Yosua, kiranya ”...aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"- Yosua 24:15b. Amin.


By: Ririn Sihotang
26 Feb 2011