Tuesday, November 9, 2010

“Yesuslah Segala Yang Kubutuhkan”


Hasrat untuk mengenal Yesus lebih dalam, sudah menjadi bagian hidupku sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada usia remaja ini, saya merasakan kekosongan bathin yang menggelisahkan. Kala itu, saya meyakini betul, bahwa kekosongan itu hanya mampu diisi oleh Tuhan sendiri. Satu ayat yang berkesan dan meneguhkan ketika itu adalah II Kor 3:14-18 ”... Tetapi apabila hati seseorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu di ambil dari padanya. Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah disitu, ada kemerdekaan....”  Bagian Firman ini pulalah yang membawa saya semakin haus akan pengenalan kebenaran yang benar. Salah satu aplikasinya adalah dengan memberi diri untuk mengikuti pembinaan. Dan dari situlah saya merasakan pertumbuhan iman kepada Tuhan hingga menghantarkan langkahku mengalami hidup baru dan menyerahkan diri untuk melayani DIA di Gereja-Nya. Tidak hanya sampai disitu saja. Begitu menjejakkan kaki di dunia kampus pun saya tetap merindukan pertumbuhan iman yang lebih. Sekalipun awalnya, bagi saya berkuliah di STEI merupakan kekeliruan. Justru di kampus STEI Tuhan mengubahkan kekeliruan menjadi keberuntungan. Di STEI saya sangat menikmati persekutuan dan kelompok kecil. Melalui persekutuan dan kelompok kecil di STEI, saya digiring kepada persekutuan yang lebih besar yaitu Persekutuan Mahasiswa Kristen Jakarta (PMKJ). Sebagai kelanjutan misi Allah bagi kampus-kampus se-Jakarta. Namun, saya tak ingkar, untuk mengikut DIA dengan setia, tak jarang saya diperhadapkan pada  kelemahan diri yang menjadi ancaman dan pergumulan terberat. Selain itu, dalam kesetiaan, ada harga yang harus ku bayar.

Kini, setelah meninggalkan dunia kampus, dengan bekal ilmu dan idealisme yang tinggi saya memberanikan diri memasuki dunia profesi, selama satu tahun lebih saya bergelut di bidang Perbankan, pada masa-masa itulah Tuhan menaruhkan kegelisahan dalam hatiku, berangkat dari kegelisahan itulah saya mulai menggumulkan dan dari situlah lahir suatu kerinduan untuk bekerja dan melayani di ladang-Nya. Begitu besar sukacita yang menyelusup sanubari ketika Allah memercayakan pelayanan menjadi Staf Kantor di Perkantas Jakarta. Saya akui, gambaran perasaan kala menyambut panggilan tersebut ada sukacita bercampur dengan kegelisahan. Terkadang saya bertanya-tanya, apakah Tuhan tidak salah memercayakan pelayanan yang besar ini untuk ku kerjakan? Pertanyaan ini belum terjawab, menyusul pertanyaan lain, jika saya menerima pelayanan ini, bagaimana dengan ‘masa depan’ dan orang tuaku?. Itulah yang menyebabkan tidak serta merta pelayanan ini langsung kuterima. Jujur saja, ada begitu banyak tawaran yang menggodaku untuk lari dari panggilan ini. Kasih-Nya yang besar menarikku, di keseharian pergumulanku dan pada tiap saat teduh, DIA menghibur dan meneguhkan untuk belajar setia. Firman-Nya di II Kor 3:1-11, Mark 10;17-27, I Taw 28:9-20 dan Luk 10:38-42, membuat saya yakin dan berserah kepada janji setia-Nya yang akan memelihara dan memampukan.

” Bahwa segala yang kubutuhkan Dialah senantiasa, segala yang kubutuhkan sampai kutatap wajahNya; segala yang kubutuhkan sepanjang kekekalan , Yesuslah segala yang kubutuhkan.”

Sekarang saya memiliki kebanggaan bahwa yang memanggilku lebih tinggi dan lebih berkuasa dari pemimpin-pemimpin dunia, Ia yang memanggilku adalah Raja Segala Raja. Tidak ada alasan bagiku mengabaikan panggilan itu. Demi panggilan itu kululuhkan semua keinginanku, hanya Kristus dan Kristus saja dalam hidupku, karena Dia milikku abadi.




(Mengenang kisah pergumulan awalku menjadi staf Perkantas....ORATIO November 2007)
Editor: Endah Kristiningrum dan Ellys Z.Manalu)



No comments:

Post a Comment