Friday, November 12, 2010

Seluruh hidupku adalah milikMU



Menjalani hidup sebagai pengikut Kristus ternyata tidaklah mudah. Dulu dengan pikiran kanak-kanakku, ikut Yesus hidup akan selalu senang, bahagia, tanpa ada penderitaan, persoalan hidup maupun tantangan iman. Namun dengan bertumbuhnya aku dewasa, juga di dalam pengenalan akan firman-Nya. Tuhan mengajarkan aku akan kebenaran dan dengan jelas dalam salah satu bagian firman-Nya menyatakan; “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Matius 16:24). Membaca bagian firman ini rasa-rasanya jika perintah mengikut Yesus berhenti sampai pada perintah ini, aku tidak sanggup!. Namun terpujilah Tuhan Allah kita. Ia bukan Allah yang sekedar memerintah, tapi juga Ia Allah yang Maha Kasih, yang terlebih dahulu memberi teladan. Lewat Anak-Nya yang tunggal Tuhan kita Yesus Kristus yang menggenapi karya keselamatan Allah. Ia menyangkal diri-Nya, memikul salib dan melakukan kehendak Bapa-Nya dengan taat sempurna. Semua itu dilakukan Pencipta kita dengan setia karena itulah kehendak Bapa-Nya. Karena itu kuasa dan janji-Nya nyata menyertai dan memampukan perjalanan iman dan hidup kita dalam mengikut Dia!.

Bagi tiap kita, salib dan penyangkalan diri yang harus kita tanggung mungkin berbeda. Sadar bahwa salib dan penderitaan yang kita tanggung tidaklah seberat dan sehebat yang Tuhan tanggung. Salib yang merupakan lambang kutuk, hina dan cela, rela dipikul-Nya. Siksa dan dera ditanggung-Nya menggantikan hukuman atas dosa-dosa yang kita manusia berdosa perbuat. Sungguh terpuji sangat Engkau ya Tuhan atas pengorbanan-Mu!.

Bagiku hal dimana aku harus terus berjuang menyangkal diriku dan memikul salibku adalah penyakitku...
Sakit yang membuatku mempertanyakan kasih setia dan keadilan Tuhan...
Sakit yang membuatku meragukan kuasa-Nya...
Sakit yang membuatku seakan-akan hidup tidak ada tujuan dan bernilai...

Aku terus memohonkan anugerah-Nya untuk kesembuhanku serta melakukan bagianku dalam pengobatan. Namun entah mengapa tak kunjung sembuh jua... Akhirnya sampailah aku pada titik dimana Roh Kudus membuatku berserah dan menerima ini semua. Ia memberiku suatu makna yang lebih dalam dari ini semua. Ya.. pergumulan hidup membuatku tak mampu melihat bahwa betapa Tuhanku sudah melakukan perbuatan yang jauh lebih besar dan berharga dalam hidupku. Ia telah memberikan tubuh dan darah-Nya bagiku. Ia telah memulihkanku dari penyakit yang jauh lebih besar dan berbahaya yaitu DOSA!!..

Ah..Tuhanku..Engkau Maha Besar. Kau menggantikan ratapanku menjadi sukacita. Engkaupun mengajarkan aku satu hal lainnya, jika sampai hari ini aku belum sembuh itu bukan karena Kau tidak berkuasa atau tidak mau menyembuhkanku!, melainkan Kau punya rencana dan mau melakukan karya-Mu yang sempurna atas kelemahanku. Sama seperti firmanMu bagi Paulus ”Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.”(II Kor 12:9.

Jadi tidak ada alasan aku bersikap seolah-olah Allah tidak adil dan tidak mengasihiku. Karena begitu besar-Nya kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal...(Yoh 3:16). Jika anugerah terbesar bagi hidupku sudah Ia berikan dengan rela, masakan Ia tidak mampu mengaruniakan kesembuhan, yang mana Ia sangat berkuasa karena Ia Allah Sang Pencipta dan Pemilik Hidup. Ia tabib sejati!.

Siapakah aku sampai berbuat yang kurang patut kepada Allah!...Bahkan Ayub yang adalah seorang yang saleh, jujur dan takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ayub 1:1), TUHAN izinkan cobaan terjadi atas hidupnya, namun ia tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut  (Ayub 1:22). Ia telah kehilangan segala-galanya dan yang sangat berharga dalam hidupnya, yakni harta kekayaannya dan anak-anak yang amat dikasihinya (Ayub 1:13-19). Namun dengan kesadaran penuh bahwa apa yang ada padanya seluruhnya milik TUHAN ia mengatakan demikian; ”Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN.!” (Ayub 1:21).

Memang terkadang manusia hanya mau menerima yang baik dari Allah dan menolak yang buruk terjadi. Mungkin sebagian kita bisa tetap setia karena kondisi kehidupan kita yang baik-baik saja. Namun bagaimanakah sikap hati dan kesetiaan iman kita, jika cobaan hidup seperti yang dialami Ayub menimpa atas kita. Tetapkah kita setia dan hidup di dalam Dia???.

Meneladani sikap hati Ayub dalam penyerahan dirinya kepada-Mu ya Tuhan, demikianlah aku menyerahkan hidupku di tanganMu. Biarlah tiap liku hidupku membuatku berserah kepadamu dan Roh-Mu bekerja dengan luas dalam tiap hal yang Kau izinkan terjadi dalam hidup. Dan jika semua diambil dari padaku ya Tuhan, biarlah hatiku berserah dan dengan iman akupun mampu mengatakan; ”Kau yang memberi Kau yang mengambil, terpujilah nama Tuhan.!”. Karena bagian terbesar dalam hidupku telah aku miliki yakni kasih-Mu yang melimpah di hidupku!.


”Seluruhnya milik Tuhan, tubuh serta jiwaku semuanya kuserahkan kepadaMu, Tuhanku.
Aku bukan milikku, Yesus, Juruselamatku, Pemilikku;
Dan selama aku hidup Yesuslah pemilikku.” (KJ HKBP 476:2)


Tuhan ambil hidupku dan kuduskan bagi-Mu. Pun waktuku pakailah memuji-Mu selamanya.. memuji-Mu selamanya!...


By Ririn
23 Okt 2010

No comments:

Post a Comment